KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DAN URGENSINYA DALAM PEMBENTUKAN PRIBADI MUSLIM MENURUT IMAM AL-GHAZALI (Telaah atas Kitab Ayyuha al Walad Fi Nashihati al Muta’allimin Wa Mau’izhatihim Liya’lamuu Wa Yumayyizuu ‘Ilman Nafi’an)
Pengarang
Saepuddin, M.Ag; Editor: Doni Septian, S.Sos.,M.IP
ISBN
978-623-91002-1-6
pppm.stainkepri@gmail.com
Diterbitkan
STAIN SULTAN ABDURRAHMAN PRESS
Sinopsis
Buku ini pada hakikatnya berangkat dari asumsi bahwa pendidikan bukan sekedar transfer informasi tentang ilmu pengetahuan dari guru kepada murid, melainkan melalui proses pembentukan karakter. Ada tiga misi utama pendidikan yaitu pewarisan pengetahuan, pewarisan budaya dan pewarisan nilai. Sebab itu, pendidikan bisa dipahami sebagai suatu proses transformasi nilai-nilai dalam rangka pembentukan kepribadian dalam segala aspek yang dicakupinya.
Oleh karena itu sedikitnya ada tiga tujuan pendidikan yang paling pokok, yaitu: Pertama, tahu dan mengetahui. Di sini tugas pendidik ialah mengupayakan agar murid mengetahui sesuatu konsep (knowing). Kedua, mampu melaksanakan atau mengerjakan yang ia ketahui itu (doing). Ketiga, murid menjadi seperti yang ia ketahui itu. Konsep itu seharusnya, tidak hanya sekedar menjadi miliknya tetapi menjadi satu dengan kepribadiannya (being).
Akan tetapi, saat ini pendidikan, khususnya pendidikan agama, masih lebih banyak berorientasi pada belajar tentang agama, sehingga hasilnya banyak orang yang menge-tahui nilai-nilai ajaran agama, tetapi prilakunya tidak relevan dengan nilai-nilai ajaran agama yang dianutnya. Pendidikan agama lebih banyak terkonsentrasi pada persoalan-persoalan teoritis keagamaan yang bersifat kognitif, dan kurang concern terhadap persoalan bagaimana mengubah pengetahuan agama yang kognitif menjadi “makna” dan“nilai” yang selalu diinternalisasikan dalam diri peserta didik lewat berbagai cara, media, dan forum.
Salah satu tokoh Islam yang sangat concren terhadap pendidikan karakter adalah Hujjatul Islam, Imam Al-Ghazali. Ia menyatakan bahwa pendidikan Islam harus mengaktifkan dan mengoptimalkan potensi rohaniah peserta didik dengan tidak mengabaikan potensi jasmaniahnya. Pemikiran beliau tentang pendidikan karakter dapat dilacak dari karya-karya beliau khususnya kitab ihya ‘ulumuddin dan kitab Ayyuha al-walad. Bahkan kitab Ayyuha al-walad seluruhnya berisikan pendidikan karakter.
Menurut imam Al Ghazali, inti pendidikan adalah pembentukan karakter. Artinya, seseorang yang belajar dan memiliki ilmu harus mengamalkan ilmunya. Ilmu yang tidak di amalkan akan sia-sia, tidak ada gunanya, dan orang seperti ini termasuk orang yang bangkrut.
Dalam membentuk karakter murid, faktor keteladanan sang guru sangat menentukan. Karena itu, Al Ghazali mengingatkan para guru agar jangan sampai melakukan sesuatu yang bertolak belakang dengan apa yang dia ucapkan. Guru itu harus memiliki akhlak mulia, menjauhi akhlak tercela, mendidik dengan benar, membimbing muridnya ke jalan yang diridhai Allah SWT dan meneladani kepribadian Rasulullah SAW.